Dream Story - ZoMe

0

Category:

Tiba di sekolah, aku pun langsung berjalan menuju ke kelas ku, dan di sana sudah cukup banyak orang dan sudah ribut. Aku menuju ke mejaku dan menaruh tas. Lalu, aku dikejutkan dengan sebuah tepukan di pundak kiri oleh Joe, teman sekelasku.

“Hei Ace, udah tau belom?” tanya Joe dengan suaranya yang serak dan nge-bas itu.

“Tau apaan?” balasku dengan penasaran.

“Berita yang tadi pagi itu lho! Serangan di West. Tau?”

“Oh, iya, udah tau kok.”

“Kalian tau gak itu makhluk apa?” tanya temanku, Alan.

“Engga.” jawab aku dan Joe.

“Ikutan donk, emang itu apaan sih, Alan?” tanya Frank yang penasaran dengan pembicaraan kita.

“Itu adalah robot buatan negara Flake, lebih tepatnya kaum Free-Flake di sana. Ayo duduk di sini, akan kujelaskan cara kerja benda buatan Flake ini.” jawab Alan sambil menduduki kursi. Kami pun duduk dan mendengarkan cerita Alan. Alan mengambil secarik kertas putih bergaris biru dari dalam tasnya dan mulai menggambar sesuatu, itu adalah ‘robot’ itu.

“Namanya adalah Zome. Yang baru kuketahui Zome terbagi menjadi 2 jenis, Green-Zome yang adalah pemimpin pasukan dari Zome-Zome yang lain, kalau kita artikan dalam pangkat di tentara dia adalah Kapten. Dan yang 1 jenis lainnya adalah Red-Zome, pasukan Zome, atau bisa kita sebut pasukan tentara, Private/Recruit.”

“Lalu apa kehebatannya?” tanya Frank.

“Cara kerja Green-Zome adalah mampu mengubah korbannya menjadi abu dan Red-Zome mampu menghipnotis korbannya menjadi pengikutnya dan mengubahnya menjadi Red-Zome.”

“Hmm.. Sulit dimengerti bagaimana cara membedakan Red dan Green-Zome? dan kenapa bisa berubah seperti itu? Apakah mereka menggunakan sistem ‘Radiasi’?” tanya Joe.

“Cara membedakannya? Mudah. Red-Zome memiliki tubuh yang kecil dan mudah berpindah-pindah dan memanjat gedung-gedung, bentuk fisiknya kecil berkaki 3 dan matanya bersinar cahaya merah, warna senjatanya merah. Green-Zome tubuhnya lebih besar gerakannya cukup lambat tetapi jarak tembaknya jauh, bentuk fisik : lebih besar 1 meter dari Red dan berkaki 4, matanya warna hijau sama seperti senjatanya.”

“Hmm.. Cukup rumit ya..” kataku.

“Aku belum selesai. Benar kata Joe, mereka menggunakan sistem Radiasi. Senjata yang mereka tembakan adalah sebenarnya bukan laser, tapi Carbon Stick dengan ramuan-ramuan yang berbeda anatar Zome yang red dan green. Carbon Stick ini memancarkan cahaya sehingga terlihat seperti laser. Carbon Stick akan menyebar setelah ditembakan Zome dan mengenai tubuh korban menjadi Carbon Sting yang kecil sekali dan ini langsung menyebar ke seluruh tubuh menjadi target radiasi. Sumber radiasinya adalah si pelaku, Zome yang menembak itu. Semakin dekat jaraknya semakin besar radiasinya.”

“Wah.. Berbahaya juga mereka.” kata Frank.

“Tapi bagaimana kamu tahu tentang semua ini?” kataku.

“Aku tidak sengaja berhasil meng-hack data milik kaum Flake dan menemukan data ini. Awalnya aku sih ga percaya, cuman setelah penyerangan itu, aku percaya sekarang.” jawab Alan.

“Apa motif mereka membuat ini?” tanya Joe.

“Sampai saat ini aku belum tahu.”

Di tengah suasana perbicangan yang mendebarkan ini, di luar kelas terdapat suara berisik, “Orang Gila! Pergi kamu!” “Ya Pergi!”. Kami pun keluar kelas dan melihatnya, ternyata ada seorang murid berjalan pincang dengan lambat dan tangan di bawah serta mukanya yang suram. Dia berjalan menuju ke dalam sebuah ruangan yang adalah Ruangan Uji Lab. Pintu ruangan ia tutup dan semua orang tertawa, tetapi kami malah bingung, siapa dia?

“Sepertinya…” ucap Alan dengan suara kecil.

“Ada Apa, Alan?” tanyaku.

Dan tiba-tiba terdengar suara berisik seperti suara mesin traktor dari dalam ruangan itu, dan beberapa orang dari kerumunan itu mendekati dan membuka ruangan itu.

“Aaaa!!!” teriak mereka seperti jeritan perempuan yang melengking.

“Kalian! Cepat Lari..!!!!”, kata temannya yang lain.

Tiba-tiba, “ZAP!” mereka berubah menjadi abu. Semua orang pun lari untuk menyelamatkan diri secepatnya tidak tahu kemana, yang penting bagi mereka adalah SELAMAT. Cahaya hijau merah serta kabut abu memancar ke berbagai arah menyerang semua orang. Termasuk aku, Alan, Joe, dan Frank.

“Ya..!! Itu ‘mereka’!” teriak Alan.

Dream Story - Just Dream or Just Real?

0

Category:

Cahaya gelap menutupi penglihatanku setelah kejadian itu. Sesaat kubuka mataku terlihat sebuah cahaya terang menyilaukan dari atas yang merupakan pancaran cahaya lampu. Saat itu juga aku sadar bahwa aku baru saja keluar dari dunia yang aneh itu dan merupakan suatu mimpi biasa. Tapi aku masih bisa mengigat apa saja yang terjadi tadi. Terbangun dari tidurku, aku langsung berjalan menuju lemari pakaianku dan ke kamar mandi. Selesai mandi dan berganti pakaian seragam sekolah berwarna putih dengan celana pendek biru, serta lencana dan ikat pinggang hitam. Aku pun menuju ke ruang makan yang di sana telah disiapkan sepiring nasi goreng dengan beberapa daging sapi di atasnya -tampak nikmat.

Selesai sarapan, aku menuju segera menuju ke ruang keluarga rumahku yang di sana terdapat kakakku yang sedang asik menonton televisi. Televisi itu menyajikan acara berita di pagi hari, kesukaan kakakku. Berita itu menyajikan siaran tentang terjadi serangan dari ‘sesuatu’ terhadap negara West, negara tetangga negaraku. Saat itu juga berita itu memperlihatkan sebuah video amatir yang berhasil merekam peristiwa itu. Sesaat setelah melihat video di televisi aku merasa sangat kaget, karena apa yang terjadi di video itu ‘mirip’ dengan apa yang terjadi di mimpiku semalam. Di tengah video itu tampak kabut tebal menyebar ke berbagai area dari daerah itu. Ada juga sinar hijau menyebar ke banyak arah dengan membabi buta. Keringat dingin dan mata yang terpaku kepada televisi mendatangi diriku.

“Ada apa?” kata kakakku dengan rasa penasaran.

“Ehmm.. Tidak.. Tidak ada apa-apa. Hahaha,” kataku dengan nada yang berliku-liku.

Jam menunjuk pukul 05.30 dan kami berdua siap berangkat ke sekolah dengan diantar oleh mobil antaran kami. Setelah naik ke dalam mobil antaran kami yang tampak sudah cukup tua dan suaranya yang seperti anjing meraung itu, aku memikirkan apa yang ku lihat tadi malam dan apa yang terjadi di negara West. Di kepalaku hanya terpikirkan, “Apakah itu sungguhan ataukah hanya mimpi?”

Dream Story - Unknown Creature Atack

0

Category:

Suatu hari di tahun 2010, para tentara keamanan berkumpul di depan sebuah barak besar berwarna hijau sambil berbincang-bincang dan tertawa-ria bersama-sama. Ada 5 orang di sana, yaitu Jendral Amster, Mayor Marily, dan 2 orang private, serta 1 orang Recruit. Mereka tampak akrab sekali. Tiba-tiba, sebuah bel berbunyi yang menandakan adanya inspeksi mendadak. Biasanya para jendral dan mayor bertugas dalam inspeksi mendadak ini. Tapi, saat itu Jendral Amster mengajak 3 rekannya untuk melihat-lihat inspeksi tersebut. Awalnya inspeksi ini berjalan lancar, tanpa ada yang melakukan pelanggaran. Tibalah ke-5 orang ini pada sebuah kamar barak bernomor 101-BA. Mereka membuka pintu itu dan mereka kaget melihat banyak sekali darah di dalamnya, seperti korban pembunuhan oleh sebuah granat. Tubuh para anggota di dalam barrack 101-BA itu telah hancur dan tak berbentuk apapun. Lalu, tiba-tiba bel darurat berbunyi dan mereka langsung bersiap dengan seragam berwarna birunya dan mengambil senjata di dalam ruang lain di barak besar itu. Saat mereka keluar dari barak, ke-5 orang ini melihat hal yang sama seperti di dalam barak 101-BA di luar barak itu. Tubuh dan darah berserakan dimana-mana. Tiba-tiba ada sebuah sinar berwarna hijau dari kejauhan menyerang mereka, dan sempat mengenai salah 1 dari mereka, Private Johnson. Dia lalu berteriak kesakitan, dan saat makhluk yang tak dikenal itu muncul, “DUAR!” tubuh Pvt. Johnson meledak.

“Cepat lari!” perintah Jendral Amster kepada rekan yang lainnya.

Mereka berlari ketakutan menuju sebuah gedung kemiliteran di sana. Di sana, mereka bingung dan panik atas semua peristiwa ini, terutama yang dialami rekannya itu. Saat mereka sedang dalam suasana yang tak terduga ini, ada 2 orang yang sepertinya adalah anggota dari mereka, dengan seragam biru kemiliteran, tapi anehnya tampang mereka cukup aneh dan asing. “DOR!” “DOR!DOR!” suara tembakan dari senjata milik Mayor Marily dan Jendral Amster yang menembak ke-2 orang itu.

“Kenapa kalian menembak mereka?” tanya Private James.

“Mereka BUKAN rekan kita!” teriak Mayor Marily.

“Ya, mereka adalah pasukan diantara ‘mereka’,” kata Jendral Amster.

“‘Mereka’ siapa?”

“THE UNKNOWN.” singkat Amster.

Tiba-tiba datang 3 buah makhluk aneh yang tampak seperti robot, berkaki 4 dan memiliki mata 1 dengan sinar di bagian matanya yang berwarna hijau. ‘Mereka’ pun mulai menembaki 4 orang tentara ini. Dan mengenai Private James, Jendral Amster, dan Mayor Marily. Saat di mana mereka kesakitan, aku(Recruit) yang baru saja bergabung di Internationalist Army ini, tak tahu harus berbuat apa hanya ada 1 pilihan di kepalaku yaitu “LARI! dan Selamatkan diri sendiri!”

“Erghh.. Cepat ambil senjataku dan tembak kelemahan mereka ‘mata’ dan cepat lari dan hubungi President Smith bahwa ‘mereka’ mulai menyerang” kata Amster.

Aku yang merasa ketakutan segera mengambil senjata milik Jendral Amster dan menembaki mereka dengan membabi-buta sambil lari kepanikan sambil keluar dari markas IA. Aku yang berhasil selamat dari serbuan ‘mereka’, tak tahu ke mana arah yang akan kutuju dan apa yang akan terjadi nanti, yang perlu aku lakukan sekarang segera memberitahu ini kepada yang lain agar tak ada lagi korban yang berjatuhan.

B.L.A.C.K Chap 2 Bab. 10

0

Category:

Light Tunnel..

Joe dan Grazz yang penasaran akan sesuatu yang ada di Light Tunnel, mulai menjelajahi seluruh bagian dari Light Tunnel itu. Tapi yang mereka lihat di sana hanyalah beberapa ruangan berwarna putih mengkilat dan begitu juga perabotan yang ada di dalamnya. Hingga mereka berjalan menuju sebuah ruangan yang memiliki beberapa perabotan, yang di mana ruangan itu adalah ruang tidur.

"Tampaknya kita cuman cari 'sesuatu' yang sebenernya ga ada deh.", kata Grazz kesal.

"Tunggu dulu, sepertinya D-Machine mengetahui apa itu.", jawab Joe sambil mengambil D-Machine dari saku celana.

D-Machine mengetahui apa yang mereka cari. Dari dalam layar D-Machine, keluarlah sebuah data tentang 'sesuatu' yang mereka kejar-kejar, yang adalah White Shadow. Dijelaskan di dalam D-Machine, White Shadow adalah pasukan bertipe 'Shadow' level 2 dari UnderWorld, yang merupakan level di atas Life-Dead. White Shadow memiliki ciri yang cukup aneh, yaitu White Shadow mempu menggunakan apapun yang ada di sekitarnya sebagai senjata, dan dijelaskan juga bahwa mereka cerdik dan licik. Tempat kediamannya berada di Light Tunnel sebagai markas pusat mereka. Kelemahan mereka adalah Air.

"Hah? Air?? Kita tidak mungkin melawan mereka karena persediaan air kita tidak akan cukup.", kata Grazz.

"Tapi, sepertinya ada sesuatu di sini yang dapat kita gunakan.", kata Joe sambil menunjuk ke arah kotak yang terbuka. Isi kotak itu adalah berbagai macam barang-barang yang aneh.

"Hm.. Oke.. Ayo kita curi saja deh!", balas Grazz sambil menutup kotak dan mengangkatnya.

Tapi, nasib mereka sungguh sial, ruangan itu kini telah dikepung oleh para White Shadow.

"Oh tidak lagi..!", kata Grazz dengan muka yang suram.

Mereka kini, harus mencari jalan keluar dari Light Tunnel. Di depan mereka, White Shadow telah siap membunuh mereka dengan menerbangkan berbagai macam perabotan di dalam ruangan tersebut.

"Oh iya.. Kita dapat menembus mereka, tapi kita juga harus menghindari serangan-serangan mereka. Siap?", kata Joe.

"Oke deh..!", balas Grazz.

Mereka pun mulai menjalankan rencana mereka, yaitu lari sekencang-kencangnya dengan menghindari semua serangan yang dilontarkan oleh para White Shadow. Saat hendak keluar dari pintu ruangan tidur tersebut, tiba-tiba White Shadow menyerang mereka dengan melemparkan tempat tidur. 'Brak!', Joe menghancurkan tempat tidur itu dengan memukulnya dengan Senjata miliknya. "Ayo!", teriak Grazz.

Dan, mereka sampai ke ruangan utama Light Tunnel dan menuju pintu keluar Light Tunnel. Tapi sesuai yang diberitahukan oleh D-Machine, White Shadow adalah pasukan UnderWorld yang licik, mereka menghalangi pintu keluar itu dengan menutupnya dengan perabotan yang sulit dihancurkan.

"Bagaimana ini?", kata Grazz, panik.

"Tenang..", jawab Joe, sambil mengeluarkan sebuah botol. Dia pun menyiram perabotan itu dengan air di dalam botol, dan alhasil perabotan itu jatuh satu-per-satu dan hancur. "Ayo sudah kita keluar!"

Mereka pun keluar dari Light Tunnel menuju ke Center Tunnel dengan membawa sebuah kotak.

"Bagaimana kau tahu?"

"Tahu apa?"

"Cara yang tadi.."

"Karena peralatan Lau, yang membantu kita. Refresh Glasses milikku dapat mendeteksi lawan. Dan tadi sebenarnya mereka menghalangi dengan menjelma menjadi perabotan yang bermaterial baja. Sesuai anjuran yang ada, Siram saja pakai Air.. hahaha"

"Hahaha.."

Dari dalam Light Tunnel...

"Kembalilah anak-anak.. sekarang kita tahu musuh kita.. hihihi", kata seorang gadis misterius dengan jubah putih dan topeng berwarna merah yang dikelilingi oleh White Shadow.

TO BE CONTINUED!

B.L.A.C.K Chap. 2 Bab 9

0

Category:

Blur Tunnel..

Dev dan Ryan menjelajahi seluruh bagian dari bangunan kumuh tersebut. Hingga mereka berhenti di depan ruangan yang sempit dengan pintunya yang terbuat dari kayu yang sudah lapuk.

"Ruangan apa nih?", tanya Ryan.

"Sepertinya ini adalah penjara, tapi ada yang aneh di sini.. Datangnya dari dalam ruangan ini", kata Dev.

"Ya sudah, bagaimana kalau kita masuk saja ke dalam.. Siapa tahu kita dapat menemukan sesuatu.."

"Tidak.. Tidak.. Sebaiknya kita tanya Lau terlebih dahulu."

"Oke deh.."

Dev pun mengambil NanoVoice miliknya dari saku celananya, namun tiba-tiba sesuatu yang aneh terjadi..  Bangunan tersebut tiba-tiba tampak seperti bergerak-gerak dan perabotan yang ada bergerak pula dan seperti hendak menyerang mereka..

"CEPAT KELUAR!!", teriak Dev.

Dengan cepat mereka berusaha melarikan diri dari bangunan aneh tersebut. Tetapi saat mereka akan mencapai pintu tiba-tiba pintu tersebut, menghilang.

"Oh tidak.. Kita sudah berada di dalam Blur-eye.", kata Dev.

"Blur-eye?", tanya Ryan.

"Tidak ada waktu untuk dijelaskan. Lebih baik sekarang kita mencari jalan keluar dari sini."

"Hmm.. Kan nih kantor terbuat dari kayu bagaimana kalo kita hancurkan?"

"Ide bagus.. Mari kita coba. hahaha"

Lalu Ryan mengeluarkan 2 buah granat dari ranselnya. Dan melemparkannya ke arah dinding di mana pintu tadi menghilang. dan.. Duar!! Dinding bangunan tersebut hancur. Tapi terlihat dinding tersebut berkembang kembali.

"Cepat keluar!!", teriak Dev.

Mereka pun dengan tepat dan cepat akhirnya dapat keluar dari bangunan aneh tersebut, sebelum dindingnya menutup kembali.

"Hahaha.. Bagaimana? Seru kan..", tawa Ryan.

"Belum.. Ini hanya awal dari Blur-eye, Cepat kita harus segera memberitahu Lau."

Mereka pun segera keluar dari Blur Tunnel dan hendak menuju Centre Tunnel, tempat yang dijanjikan oleh Lau untuk bertemu. Saat Dev dan Ryan sudah keluar Blur Tunnel, tiba-tiba bangunan itu berubah menjadi seorang manusia yang berjubah putih dan menggunakan topeng.

"Hmm.. Hebat..", kata orang misterius itu..

TO BE CONTINUED.

B.L.A.C.K Chap 2 Bab 8

0

Category:

Ryan dan Dev kini telah sampai di Blur Tunnel. Di Blur Tunnel terdapat sebuah kantor kecil yang terbuat dari kayu ek dengan papan di atasnya yang bertuliskan UnderCop's Station. Mereka sungguh lelah karena kurang tidur berhari-hari akibat banyaknya masalah yang terjadi di UnderWorld. Sangat lelah dan kini mereka berada di sebuah kota tidak berpenghuni. Mereka pun masuk ke dalam kantor UnderCop. Ya, sesuai apa yang terjadi di luar kantor, kantor ini pun tidak berpenghuni.


"Wah.. Wah.. Bagaimana ini, Dev? Tidak ada orang nih..", kata Ryan.

"Hmm.. sebaiknya kita beritahu Lau sekarang.", balas Dev.

"Siap deh.."

Ryan pun menurunkan ranselnya yang cukup besar dan berisi penuh dengan barang-barang yang tampaknya tidak berguna. Dia pun membuka resleting tas bagian depan dan mengambil NanoVoice.

"Ehmm.. Ryan, cepat hubungi Lau.. Rasanya ada yang aneh di sini.", kata Dev sambil melihat-lihat di sekitar kantor itu.

"Iya.. sabar sebentar.", balas Ryan yang tampak sedang sibuk.

Setelah Ryan memasang NanoVoice di telinga kanannya, tiba-tiba ada suara aneh berasal dari sebuah ruangan gelap yang berada di depan mereka. Mereka berdua saling melihat dan kebingungan. Dev memberi kode kepada Ryan untuk berjalan ke sana.

Di waktu yang sama, di sebuah lorong menuju sebuah ruangan bercahaya terang, terlihat Joe dan Grazz sedang berlari menuju ruangan itu. Ya, ruangan itu adalah Bright Tunnel yang dimaksudkan Lau. Sambil berlari, mereka berdua bertatap muka dan mengangguk. Joe dan Grazz langsung mengambil Refresh Glasses milik mereka masing-masing untuk melindungi mata mereka dari cahaya yang berwarna putih menyilaukan dari ruangan itu. Setelah dekat dengan ruangan itu, mereka berdua melompat untuk dapat segera mecapai ruangan itu dan melemahkan para Life-Dead dengan cahaya Bright Tunnel. Para Life-Dead itu pun jatuh dan tiba-tiba tubuh mereka berubah menjadi sebuah titik-titik cahaya kecil berwarna merah. Joe dan Grazz pun tersenyum dan tiba-tiba mereka tertawa menyaksikan satu-per-satu tubuh Life-Dead itu menghilang.

"Hahahaha.. akhirnya kita berhasil", kata Grazz.

"Ya.. kita memang sungguh hebat.. hahaha..", balas Joe sambil tertawa.

Tiba-tiba, mereka dikejutkan oleh sebuah bayangan berwarna hitam yang lewat diantara mereka. Sebuah bayangan hitam, tinggi, dan tiba-tiba menghilang diantara cahaya-cahaya putih.

"Ehmm.. Joe kamu lihat tadi?", tanya Grazz sambil gemetaran.

"Ya.. saya lihat.. Ayo kita ikuti..", jawab Joe.

"Apa kamu yakin itu rencana yang bagus?"

"Sudah.. Ayo ikut.. Oh iya, siapkan NanoVoice untuk menghubungi Lau, oke?", kata Joe

"O.. Oke.."

Di waktu yang sama, di ChaosCity, Lau dan Tom akhirnya sampai di kota itu. Tujuan mereka adalah mencari Will di sana. Mereka pun berjalan melewati berbagai macam bangunan-bangunan aneh yang kelihatannya sudah terbakar sejak dulu. Lalu, mereka juga melihat sebuah toko yang sepertinya dulu dipakai untuk toko elektronik. Toko itu memiliki kaca yang sudah pecah dan banyak barang-barang toko itu sudah hancur.

"Hmm.. kini aku mengerti mengapa kota ini bernama ChaosCity.", kata Tom.

"Ya.. aku juga.", jawab Lau.

Dari kejauhan tampaklah sebuah bar kecil yang berada di ujung kota itu. Bar itu memiliki bentuk yang cukup unik dan atapnya yang berbentuk kerucut dengan sebuah cerobong asap di samping kanannya. Di depan toko itu tampak juga seorang pria yang sedang duduk dengan ditemani oleh segelas besar bir di atas mejanya. Pria itu adalah Will.

"Hei, Lau.. Lihat itu Will.", kata Tom dengan nada senang.

"Yap.. benar.. ayo kita segera ke sana.", balas Lau.

TO BE CONTINUED.

B.L.A.C.K Chap 2 Bab 7

0

Category:

Kelompok B.L.A.C.K kini terancam diantara kepungan Life-Dead di CaveTown. Mereka kini berdiri dan merapat membentuk seperti lingakaran di tengah Life-Dead itu. Hal yang dapat mereka lakukan adalah menunggu waktu yang tepat untuk menembak.. tapi.. semua itu tidak ada gunanya karena mereka tidak dapat mati oleh peluru, melainkan hanya oleh api. Lau akhirnya mempunyai ide di saat genting itu.


"Hei teman-teman.. cepat keluarkan lampu tempel kalian..", kata Lau.

"Untuk apa?", tanya Ryan.

"Cepat keluarkan dan lemparkan lampu tempel itu ke arah gerombolan Life-Dead di depan kalian masing-masing.. dan sebelum menyentuh tanah tembaklah lampu tempel itu dengan senjata kalian..!", kata Lau.

Mereka segera melakukan perintah Lau, mengambil lampu tempel dari masing-masing ransel mereka dan melemparkannya ke arah kelompok mayat hidup itu. Di waktu yang bersamaan mereka menembak lampu-lampu tempel itu dan.. BOM! Lampu itu meledak dan menghasilkan api yang cukup besar dan membuat beberapa Life-Dead di barisan depan tumbang dan menjadi abu. Pintu keluar yang tadinya dipenuhi oleh Life-Dead akhirnya terbuka.

"Cepat lari!", suruh Lau sambil menunjuk pintu keluar itu.

Mereka segera lari. Tetapi, Life-Dead seperti biasa mengejar mereka. Mereka berlari hingga menuju Branch Tunnel, yaitu bagian pertengahan dari lubang itu. Branch Tunnel terbagi menjadi 3 jalur. Yaitu Branch Tunnel yang pada bagian kiri itu akan mencapai Blur Tunnel, tengan akan mencapai Bright Tunnel dan yang terakhir yaitu jalur bagian kanan akan mencapai ChaosCity.

"Hei.. Dev dan Ryan masuk ke jalur kiri. Dan masuklah ke Blur Tunnel untuk mencari bantuan dari UnderCop di sana.", kata Lau.

"Baik!", kata Dev dan Ryan.

"Joe dan Grazz, pancing semua Life-Dead menuju Bright Tunnel di depan sana, karena cahaya di sana cukup silau yang mampu melemahkan mereka sehingga mereka tidak mungkin mengejar lagi. Ingat untuk memakai Refresh Glasses. Di sana juga ada beberapa obor yang dapat kalian gunakan untuk membunuh mereka semua."

"Roger!", jawab Joe dan Grazz.

"Tom ikut aku kita akan ke ChaosCity untuk mencari Will.", kata Lau.

"Oke..", jawab Tom.

Mereka kini terbagi menjadi 3 kelompok. Ryan dan Dev, ditugaskan untuk mengambil jalur kiri dan menuju Blur Tunnel untuk mencari bantuan dari UnderCop di sana. Joe dan Grazz di jalur tengah hendak memancing Life-Dead menuju Bright Tunnel yang merupakan tempat kelemahan mereka. Sedangkan Lau dan Tom, menuju ke ChaosCity mencari Will.

TO BE CONTINUED.