Ryan dan Dev kini telah sampai di Blur Tunnel. Di Blur Tunnel terdapat sebuah kantor kecil yang terbuat dari kayu ek dengan papan di atasnya yang bertuliskan UnderCop's Station. Mereka sungguh lelah karena kurang tidur berhari-hari akibat banyaknya masalah yang terjadi di UnderWorld. Sangat lelah dan kini mereka berada di sebuah kota tidak berpenghuni. Mereka pun masuk ke dalam kantor UnderCop. Ya, sesuai apa yang terjadi di luar kantor, kantor ini pun tidak berpenghuni.
"Wah.. Wah.. Bagaimana ini, Dev? Tidak ada orang nih..", kata Ryan.
"Hmm.. sebaiknya kita beritahu Lau sekarang.", balas Dev.
"Siap deh.."
Ryan pun menurunkan ranselnya yang cukup besar dan berisi penuh dengan barang-barang yang tampaknya tidak berguna. Dia pun membuka resleting tas bagian depan dan mengambil NanoVoice.
"Ehmm.. Ryan, cepat hubungi Lau.. Rasanya ada yang aneh di sini.", kata Dev sambil melihat-lihat di sekitar kantor itu.
"Iya.. sabar sebentar.", balas Ryan yang tampak sedang sibuk.
Setelah Ryan memasang NanoVoice di telinga kanannya, tiba-tiba ada suara aneh berasal dari sebuah ruangan gelap yang berada di depan mereka. Mereka berdua saling melihat dan kebingungan. Dev memberi kode kepada Ryan untuk berjalan ke sana.
Di waktu yang sama, di sebuah lorong menuju sebuah ruangan bercahaya terang, terlihat Joe dan Grazz sedang berlari menuju ruangan itu. Ya, ruangan itu adalah Bright Tunnel yang dimaksudkan Lau. Sambil berlari, mereka berdua bertatap muka dan mengangguk. Joe dan Grazz langsung mengambil Refresh Glasses milik mereka masing-masing untuk melindungi mata mereka dari cahaya yang berwarna putih menyilaukan dari ruangan itu. Setelah dekat dengan ruangan itu, mereka berdua melompat untuk dapat segera mecapai ruangan itu dan melemahkan para Life-Dead dengan cahaya Bright Tunnel. Para Life-Dead itu pun jatuh dan tiba-tiba tubuh mereka berubah menjadi sebuah titik-titik cahaya kecil berwarna merah. Joe dan Grazz pun tersenyum dan tiba-tiba mereka tertawa menyaksikan satu-per-satu tubuh Life-Dead itu menghilang.
"Hahahaha.. akhirnya kita berhasil", kata Grazz.
"Ya.. kita memang sungguh hebat.. hahaha..", balas Joe sambil tertawa.
Tiba-tiba, mereka dikejutkan oleh sebuah bayangan berwarna hitam yang lewat diantara mereka. Sebuah bayangan hitam, tinggi, dan tiba-tiba menghilang diantara cahaya-cahaya putih.
"Ehmm.. Joe kamu lihat tadi?", tanya Grazz sambil gemetaran.
"Ya.. saya lihat.. Ayo kita ikuti..", jawab Joe.
"Apa kamu yakin itu rencana yang bagus?"
"Sudah.. Ayo ikut.. Oh iya, siapkan NanoVoice untuk menghubungi Lau, oke?", kata Joe
"O.. Oke.."
Di waktu yang sama, di ChaosCity, Lau dan Tom akhirnya sampai di kota itu. Tujuan mereka adalah mencari Will di sana. Mereka pun berjalan melewati berbagai macam bangunan-bangunan aneh yang kelihatannya sudah terbakar sejak dulu. Lalu, mereka juga melihat sebuah toko yang sepertinya dulu dipakai untuk toko elektronik. Toko itu memiliki kaca yang sudah pecah dan banyak barang-barang toko itu sudah hancur.
"Hmm.. kini aku mengerti mengapa kota ini bernama ChaosCity.", kata Tom.
"Ya.. aku juga.", jawab Lau.
Dari kejauhan tampaklah sebuah bar kecil yang berada di ujung kota itu. Bar itu memiliki bentuk yang cukup unik dan atapnya yang berbentuk kerucut dengan sebuah cerobong asap di samping kanannya. Di depan toko itu tampak juga seorang pria yang sedang duduk dengan ditemani oleh segelas besar bir di atas mejanya. Pria itu adalah Will.
"Hei, Lau.. Lihat itu Will.", kata Tom dengan nada senang.
"Yap.. benar.. ayo kita segera ke sana.", balas Lau.
TO BE CONTINUED.
Comments (0)
Post a Comment