Sudah 1 jam lamanya, kelompok B.L.A.C.K dikejar-kejar oleh segerombolan Life-Dead. Mereka sudah tampak lelah karena selama 1 jam itu mereka hanya berlari dan terus berlari.
"Hei Lau! Kenapa senjata kita tidak dipakai menembak mereka satu-per-satu saja?", tanya Grazz kepada Lau. Tapi Lau saat itu tidak menjawab pertanyaan Grazz dan hanya berlari saja. Tampaknya Lau sedang berpikir untuk mencari tempat perlindungan. Beberapa saat kemudian Lau mengeluarkan D-Machine untuk mengetahui peta terowongan itu secara sitematis. Setelah itu, Lau tersernyum dan berkata, "Ayo masuk ke dalam lubang itu, CEPAT!", sambil menunjuk sebuah lubang di sisi kanan terowongan yang sedang mereka lalui. Mereka pun melompat masuk ke dalam lubang itu bersamaan.
"Fiuh..! Akhirnya kita selamat untuk sementara sih. Oh iya, maaf Grazz tadi saya tidak menjawab pertanyaan kamu. Hahaha. Bisa diulangi apa yang kamu tanyakan tadi?", kata Lau.
"Hm.. Tadi saya nanya apa yah.. Kok jadi lupa.. hahaha. Ada yang ingat ga?", kata Grazz sambil tertawa kecil.
"Tadi Grazz bertanya, kenapa kita tidak menggunakan senjata untuk membunuh para Life-Dead itu?", kata Tom.
"Oh iya benar.. Kita sebenarnya boleh saja sih memakai senjata untuk membunuh mereka. Tapi, suara senjata kita bisa memancing kedatangan kelompok Life-Dead yang lain, dan kemungkinan amunisi kita tidak cukup untuk itu. Hahaha.", kata Lau.
"Jadi apa rencana kita berikutnya, ketua?", tanya Joe.
"Hmm.. sebentar-sebentar, lebih baik kita beristirahat sejenak di sini sambil mengatur rencana berikutnya.", balas Lau.
"Memang masih jauh ya yang namanya Cave Town itu?", tanya Ryan.
"Hmm.. di D-Machine saya sekitar 50m lagi sih.. cuman.. ya kalian tahu lah.. di luar ini situasinya bagaimana."
"Hmm.. iya-iya. Baiklah lebih baik aku tidur dulu deh.", kata Ryan sambil memanjangkan tangannya dan bersiap-siap untuk tidur. Tapi, tangan Ryan tidak sengaja menyenggol pistol yang berada di saku milik Grazz dan "DOR!".
"Wah.. Maaf..", kata Ryan.
"Iya-iya, tenang saja. Dah kamu tidur aja sana.", balas Grazz.
"Eh kawan-kawan..", kata Tom.
"Apa lagi?", tanya Ryan.
"Masalahnya lihat itu.. ki.. kita.. su.. dah.. dikepung..", kata Tom sambil menunjuk jalan keluar lubang itu yang terdapat banyak Life-Dead yang ingin menyerang mereka.
"Oh.. Tidak lagi..", desah Lau.
"Dan.. teman-teman.. masalahnya kita tidak memiliki jalan keluar lagi.. lho!", kata Grazz sambil menunjuk bahwa ujung lubang itu adalah jalan buntu.
"Bagaimana ini?", tanya Dev.
"Lau.. Segera ambil tindakan sekarang!", perintah Joe.
"SIAPKAN SENJATA KALIAN SEKARANG!", teriak Lau.
"BOOOM!" tiba-tiba sebuah bom meledak di tengah-tengah gerombolan Life-Dead itu. Life-Dead itu lalu berubah menjadi abu, karena terkena api ledakan dari bom asing itu. Dan terlihat seorang pria bertubuh kekar yang membawa beberapa bom di tangannya dan membawa ransel yang cukup besar. Wajahnya tidak terlihat karena ditutupi oleh sebuah kain.
"Cepat ikuti saya, SEKARANG!", kata pria misterius itu.
Mereka pun cepat-cepat mengikuti pria itu dan tidak tahu sebenarnya siapakah dia dan akan menuju ke mana mereka dengan mengikuti pria itu.
"Siapa kamu?", tanya Lau.
"Saya salah satu Kapten peperangan di UnderWorld ini. Kalian sendiri siapa? Anak yang sedang tersesat?", tanya pria itu.
"Saya Lau, dan kami di sini untuk menuju ke Cave Town. Bisa anda menolong kami?", jawab Lau.
"Baiklah, dan sisanya? Teman-teman kamu juga kan."
"Saya Joe, salam kenal."
"Saya Grazz.. hahaha.."
"Ryan. hehe"
"Dev dan ini kakak saya, Tom"
"Oke-oke, salam kenal juga.", balas pria itu.
Akhirnya pintu keluar terowongan itu terlihat, dan cahaya putih menyilaukan pun mengiringi kedatangan mereka. Mereka mulai tersenyum gembira telah mencapai Cave Town. Tapi apa yang mereka lihat? Cave Town yang beberapa jam lalu tampak biasa-biasa saja, kini sudah hancur menjadi abu, para penduduk terluka dan banyak juga yang meninggal.
"Apa yang terjadi, Kapten?", tanya Lau.
"Ini pasti perbuatan dia.. si Iblis Penghancur, The Crasher."
"Hahahaha.. tepat sekali kawan.. Lama tidak berjumpa, Will.", kata pria dengan jubah berwarna putih dan diiringi beberapa pengawalnya dan seorang wanita.
"Ayo lawan aku!", kata Will.
"Hmm.. lain kali saja ya.. dadah.. HAHAHA..!!", lalu mereka itu tiba-tiba menghilang bagaikan angin berhembus.
"Jadi anda ini adalah..", kata Lau.
"Ya.. Saya Will Dome. Dan kamu adalah anak sang pelindung, Liu Carck. Saya sudah mengetahui alasan kamu datang ke sini. Tapi, mohon maaf saya tidak dapat membantu kalian.", kata pria itu sambil pergi meninggalkan mereka.
"Tapi.. Bagaimana kalau kami yang membantu anda?", tanya Lau.
"Bantu seperti apa? Kalian hanyalah bocah yang tidak mampu melakukan apapun."
"Jangan menghina kami!", kata Dev yang tampak emosi.
"Sudah-sudah.. Jika kalian ingin membantuku, saya ingin kalian membantu mereka yang terluka itu, dan jika pekerjaan kalian memuaskan, saya berjanji akan membantu kalian."
"Baiklah akan kami buktikan bahwa kami bukanlah bocah yang tidak mampu melakukan apapun.", kata Joe.
Lalu Will pergi meninggalkan mereka.
TO BE CONTINUED.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Comments (0)
Post a Comment